You Are Here: Home» Analogi » Waktu, variabel dan bukan variabel

Tidak tahu kenapa tiba-tiba pikiranku mangkir di topik ini. Dan ndak tahu kenapa juga ngapain aku mikirkan hal-hal seperti ini. Tapi tanganku seakan ndak bisa berhenti ketika judul diatas udah terlanjur ku ketik. Akhirnya terus deh..he. Tapi udahlah, yang penting jangan buru-buru ditutup atau pindah ke halaman web lain. baca sejenak dan ambil renungannya.:-)


Waktu bukan variabel
 Jam berapa sekarang?Tinggal berapa menit lagi?Masihkan ada waktu buat kita? Pertanyaan- pertanyaan yg sering kita dengar di kehidupan kita,tapi pernahkah anda bertanya,apa sebenarnya "waktu" itu? Kenapa Tuhan menciptakan waktu?Ada hal unik sekaligus aneh ketika saya renungkan hal ini.  
 Selama ini yang ku pahami bahwa sesuatu dikatakan variabel ketika dia dapat diganti-ganti nilainya untuk mendapatkan hasil tertentu. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia variabel memiliki definisi sesuatu yg dapat berubah; faktor atau unsur yg ikut menentukan perubahan. Sedangkan waktu tidak pernah ada yang sama. Kita bisa mengatakan sekarang,lusa,besok, 2 detik yang lalu, setengah jam yang lalu dan tahun depan, semuanya adalah hal yang berbeda. Berbeda bukan karena satuan waktunya, tetapi karena memiliki "masa" yang berbeda. Dan lebih ekstrem lagi kalo anda berani bahwa yang paling tidak dapat ditoleransi adalah waktu, tidak pernah dia berhenti sejenak saja. Menggilas apa aja yang berlalu.
 
Pandangan Ilmiah dan Psikologis
Kalo Albert Einstein menyatakan dalam Teori Relativitasnya bahwa waktu untuk benda-benda yang bergerak dengan kecepatan berbeda memiliki perbedaan waktu. Ilustrasinya sebagai berikut :
Kalau seorang astronot pergi naik pesawat ruang angkasa yang mencapai kecepatan 0.999 kali kecepatan cahaya maka 10 bulan bagi sang astronot sama dengan 18 tahun bagi manusia dibumi. Kalau waktu berangkat istri sang astronot baru melahirkan anak perempuan, maka setelah sang astronot pulang dari perjalanannya selama 10 bulan, ia dapati anak perempuannya telah menjadi gadis remaja umur 18 tahun.

Bahkan dalam ucapannya yang terkenal, “When you sit with a pretty girl for an hour it seems like a minute, but when you are on a hot stove, a minute seems like an hour. That’s relativity.” (Ketika Anda duduk berduaan dengan gadis cantik, waktu sejam akan terasa semenit, tetapi bila Anda duduk di atas kompor panas maka semenit akan terasa sejam lamanya. Itulah relativitas).Anda pernah mengalaminya? saya yakin anda akan memiliki pendapat yang sama.

Dalam Al-Quran pun dibahas hal ini, misalkan pada ayat ini, "Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (Al Qur'an, 23:122-114). Dalam ayat lain, "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 32:5). 

Dari sini kita tahu bahwa relatifitas yang dimaksud selalu terkait dengan kondisi ekstrem, misalnya pada kecepatan sangat tinggi, dalam hubunganya dengan keuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa, dan lain-lain. Nah bagi kita berlaku kondisi "standar" dalam kehidupan kita sehari - hari. Dan yang pasti "hukum" yang berlaku juga "hukum satndar". Dan yang terpenting setelah kita sadar dengan keadaan ini, bukan kemudian terlalu sibuk mempertanyakan kenapa keadaannya seperti ini, tetapi yang lebih bermanfaat adalah kita sibukkan diri kita dengan mengusahakan apa yang telah kita perbuat.Saya yakin anda punya cara sendiri untuk setidaknya menjadikan keadaan kita yang "standar" tersebut menjadi tidak "terasa terlalu pendek".

Saya harus balik ke kampus, dan tukang tambal ban nya udah selesai... Motorku udah beres..he..

Nice day untuk anda..
--
Depan warung bebek goreng purnama
Arif rahman hakim
Tags: Analogi

1 comments

  1. Anonim says:

    inspiratif....

Leave a Reply